Kasus DBD Meningkat Tajam, Warga Diminta Aktif PSN Rutin

Gaya Hidup, Kesehatan432 Dilihat
banner 468x60

Jakarta Kasus DBD kembali menjadi sorotan di pertengahan tahun ini. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), kasus DBD meningkat tajam di sejumlah daerah. Masyarakat pun diimbau untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara rutin sebagai langkah utama mencegah penularan penyakit ini.

Kasus DBD atau Demam Berdarah Dengue memang menjadi penyakit musiman yang kerap muncul saat musim hujan dan pasca peralihan musim. Lonjakan kali ini cukup mencemaskan karena angka kasusnya lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

banner 336x280

Lonjakan Kasus DBD Capai Ribuan

Menurut catatan Kemenkes, hingga Juni 2025, sudah tercatat lebih dari 38.000 kasus DBD di seluruh Indonesia. Beberapa daerah dengan lonjakan tertinggi termasuk Jakarta, Bekasi, Surabaya, Makassar, dan Pontianak. Bahkan, beberapa rumah sakit melaporkan kapasitas ruang rawat inap anak dan dewasa penuh akibat pasien DBD.

Lonjakan ini dipicu oleh berbagai faktor, antara lain curah hujan yang tinggi, buruknya sanitasi lingkungan, dan kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan tempat tinggal.

PSN: Langkah Sederhana, Dampak Besar

PSN atau Pemberantasan Sarang Nyamuk adalah metode yang dianjurkan oleh pemerintah dan WHO untuk memutus siklus hidup nyamuk Aedes aegypti — vektor utama penyebab DBD.

Langkah PSN 3M yang dianjurkan meliputi:

  1. Menguras tempat penampungan air minimal seminggu sekali.

  2. Menutup rapat tempat penampungan air.

  3. Mengubur barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.

Selain itu, menabur larvasida pada tempat air yang sulit dikuras, memasang kelambu saat tidur, dan menggunakan lotion anti-nyamuk juga dianjurkan sebagai bentuk pencegahan tambahan.

Pemerintah Luncurkan Program “Ayo PSN Tiap Jumat”

Untuk menggerakkan masyarakat, Kemenkes bekerja sama dengan pemerintah daerah meluncurkan kampanye “Ayo PSN Tiap Jumat”, di mana setiap warga diimbau meluangkan waktu 30 menit setiap hari Jumat untuk memeriksa dan membersihkan lingkungan sekitar dari sarang nyamuk.

Program ini mendapat sambutan positif dari sejumlah daerah. Ketua RW 07 di Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan, misalnya, sudah mengkoordinasikan warga untuk melakukan kerja bakti mingguan. “Kami sadar, kalau tidak dimulai dari rumah sendiri, siapa lagi yang peduli?,” ujarnya.

DBD Tak Kenal Usia

Meskipun DBD lebih sering menyerang anak-anak, bukan berarti orang dewasa aman dari serangan virus dengue. Menurut dr. Yuliana Ratna, SpPD dari RSUD Cibinong, pasien dewasa juga menunjukkan gejala serius. “DBD pada orang dewasa kadang tak disadari karena dianggap demam biasa, padahal bisa berakibat fatal bila terlambat ditangani,” jelasnya.

Gejala umum DBD meliputi:

  • Demam tinggi mendadak

  • Nyeri otot dan sendi

  • Ruam kulit

  • Sakit kepala hebat

  • Mual atau muntah

Jika tidak segera ditangani, bisa terjadi penurunan trombosit dan syok dengue yang mengancam nyawa.

Fogging Bukan Solusi Utama

Banyak masyarakat masih mengandalkan fogging atau pengasapan sebagai solusi cepat. Padahal, menurut Kemenkes, fogging hanya membunuh nyamuk dewasa dan tidak efektif untuk jangka panjang jika tidak dibarengi dengan PSN.

“Fogging itu tindakan darurat. Yang paling penting tetap PSN. Kalau kita rutin bersih-bersih, nyamuk tidak akan punya tempat berkembang biak,” ujar Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, dr. Maxi Rein Rondonuwu.

Peran Sekolah dan Institusi Umum

Sekolah juga menjadi fokus dalam upaya pencegahan DBD. Kemenkes telah mengeluarkan surat edaran ke Dinas Pendidikan agar sekolah melakukan inspeksi kebersihan setiap minggu. Kegiatan ini juga ditujukan untuk mengedukasi siswa agar sadar pentingnya menjaga lingkungan.

Beberapa sekolah bahkan sudah menunjuk “Duta PSN” dari kalangan siswa untuk melakukan kampanye kecil dan inspeksi rutin bersama guru pembina.

Di kantor-kantor dan institusi umum lainnya, pengurus gedung juga diimbau untuk melakukan pembersihan lingkungan dan menyediakan edukasi visual seperti poster dan video tentang bahaya DBD.

Perubahan Iklim dan Ancaman Jangka Panjang

Ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia, Prof. Iwan Setiawan, menyebut bahwa perubahan iklim juga berkontribusi terhadap peningkatan kasus DBD. “Suhu yang lebih hangat dan kelembaban tinggi mempercepat siklus hidup nyamuk,” ujarnya.

Oleh karena itu, DBD tidak lagi bisa dianggap sebagai penyakit musiman, tetapi sebagai ancaman jangka panjang yang membutuhkan kesadaran kolektif.

Masyarakat Harus Bergerak Bersama

Dalam menghadapi ancaman DBD yang terus meningkat, kesadaran dan aksi masyarakat adalah kunci. Pemerintah memang dapat melakukan intervensi, tetapi pencegahan sejatinya dimulai dari rumah masing-masing.

“Bersihkan bak mandi, tutup tempat air, jangan biarkan genangan! Itu sederhana tapi sangat berpengaruh,” tegas dr. Yuliana.

Kesimpulan

Peningkatan kasus DBD tahun ini menjadi alarm bagi kita semua. PSN bukan hanya slogan, tapi tindakan nyata yang harus dilakukan bersama. Jika setiap warga aktif berpartisipasi, jumlah kasus bisa ditekan dan banyak nyawa bisa diselamatkan.

Jangan lupa membaca artikel viral lainya.

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *