Kepala LPS Purbaya Yudhi Sadewa Tegaskan Pentingnya Kepercayaan Publik

Berita, Nasional46 Dilihat
banner 468x60

Purbaya Yudhi Sadewa: Kepercayaan Publik adalah Fondasi Sistem Keuangan

Kepala Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan bahwa kepercayaan publik pada sistem keuangan merupakan fondasi terpenting dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional. Menurutnya, tanpa kepercayaan publik, sekuat apa pun sistem regulasi dan teknologi keuangan, kestabilan ekonomi akan tetap rapuh dan mudah terguncang oleh isu maupun krisis kepercayaan.

Dalam konferensi pers di Jakarta, Purbaya menjelaskan bahwa LPS berperan strategis menjaga kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan. LPS bukan hanya menjamin simpanan nasabah, tetapi juga menjadi penopang utama kepercayaan terhadap sistem keuangan nasional.

banner 336x280

“Sistem keuangan kita bisa kuat karena masyarakat percaya bahwa uang mereka aman. Begitu kepercayaan itu hilang, efeknya bisa sistemik,” ujar Purbaya.


Pentingnya Kepercayaan di Era Digital Perbankan

Perkembangan teknologi finansial (fintech) dan digitalisasi perbankan menghadirkan peluang besar, namun juga risiko baru bagi kepercayaan publik. Purbaya Yudhi Sadewa menyoroti bahwa di era serba digital ini, kepercayaan publik pada sistem keuangan harus diperkuat dengan edukasi, transparansi, dan perlindungan data.

Ia menjelaskan bahwa kecepatan layanan digital harus diimbangi dengan keamanan data dan sistem yang kuat. “Digitalisasi tidak boleh hanya mengejar efisiensi, tetapi juga harus memperkuat rasa aman masyarakat. LPS bersama OJK dan Bank Indonesia terus memastikan perlindungan konsumen berjalan optimal,” katanya.

Menurut data LPS, jumlah nasabah perbankan digital meningkat signifikan dalam tiga tahun terakhir. Namun, di sisi lain, kasus kebocoran data dan penipuan digital juga naik, menimbulkan tantangan baru dalam menjaga kepercayaan publik pada sistem keuangan.


Peran LPS dalam Menjaga Stabilitas dan Perlindungan Nasabah

Sebagai lembaga independen yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang, LPS memiliki mandat utama: menjamin simpanan nasabah dan turut aktif menjaga stabilitas sistem keuangan nasional. Purbaya menegaskan, LPS bukan hanya bertugas memberikan jaminan hingga batas tertentu, tetapi juga berperan aktif dalam menyelamatkan kepercayaan masyarakat terhadap bank-bank yang terdampak krisis.

“Ketika ada bank bermasalah, kami tidak hanya melihat aspek finansial, tetapi juga bagaimana langkah penanganan kami bisa meminimalkan hilangnya kepercayaan publik,” tutur Purbaya. Ia menambahkan, setiap tindakan LPS dirancang untuk memastikan masyarakat tetap yakin bahwa uang mereka di perbankan aman.

Program penjaminan simpanan hingga Rp2 miliar per nasabah per bank menjadi bukti nyata bagaimana LPS menjaga kepercayaan publik pada sistem keuangan. Sejak berdiri tahun 2005, LPS telah menangani puluhan kasus bank gagal tanpa menimbulkan krisis kepercayaan besar.


Belajar dari Krisis Global: Kepercayaan Adalah Pelajaran Utama

Purbaya Yudhi Sadewa mengingatkan pentingnya belajar dari krisis global seperti yang terjadi pada tahun 1998 dan 2008. Dalam dua peristiwa itu, akar persoalan utama bukan hanya pada angka ekonomi, tetapi juga runtuhnya kepercayaan publik terhadap sistem keuangan.

“Pelajaran terbesar dari krisis-krisis tersebut adalah bahwa begitu masyarakat kehilangan kepercayaan pada bank, mereka akan menarik dana besar-besaran, dan efek domino bisa menghancurkan ekonomi nasional,” jelasnya.

Oleh karena itu, kebijakan LPS dan pemerintah saat ini diarahkan untuk memperkuat fondasi kepercayaan dengan cara:

  1. Meningkatkan transparansi laporan keuangan bank.

  2. Memperkuat sistem pengawasan terhadap manajemen risiko.

  3. Menjaga komunikasi publik yang konsisten dan menenangkan.

  4. Memastikan jaminan simpanan mudah dipahami dan dipercaya masyarakat.


Edukasi dan Literasi Keuangan Jadi Kunci

Selain menjamin simpanan, Purbaya menilai literasi keuangan masyarakat juga menjadi faktor penting dalam membangun kepercayaan publik. Masih banyak masyarakat yang belum memahami cara kerja sistem perbankan, regulasi, dan fungsi lembaga seperti LPS.

“Kalau masyarakat paham bahwa simpanannya dijamin, bahwa bank diawasi, maka mereka tidak akan panik meskipun ada rumor,” ungkapnya. Oleh sebab itu, LPS secara aktif mengadakan berbagai kegiatan edukatif seperti kampanye literasi keuangan, webinar, dan kerja sama dengan universitas serta media massa.

Dalam beberapa tahun terakhir, program edukasi LPS telah menjangkau berbagai lapisan masyarakat, dari pelajar hingga pelaku UMKM. Melalui kegiatan ini, LPS berupaya menanamkan pemahaman bahwa kepercayaan publik pada sistem keuangan tidak datang begitu saja, tetapi dibangun melalui pengetahuan dan pengalaman.


Kolaborasi Antar Lembaga untuk Menjaga Stabilitas

Menjaga kepercayaan publik bukanlah tugas satu lembaga saja. Purbaya Yudhi Sadewa menekankan pentingnya sinergi antara LPS, OJK, dan Bank Indonesia. Ketiga lembaga ini berperan saling melengkapi dalam menjaga stabilitas sistem keuangan nasional.

“Kalau OJK mengawasi kesehatan bank, Bank Indonesia menjaga stabilitas moneter, maka LPS memastikan masyarakat tetap tenang. Ketika tiga fungsi ini berjalan harmonis, kepercayaan publik akan semakin kuat,” jelasnya.

Ia juga menyoroti pentingnya kerja sama internasional. Dunia keuangan global yang saling terhubung membuat kepercayaan publik di satu negara bisa memengaruhi persepsi di negara lain. Karena itu, LPS aktif menjalin komunikasi dengan lembaga sejenis di luar negeri melalui forum seperti International Association of Deposit Insurers (IADI).


Tantangan Baru: Ekonomi Global dan Ketidakpastian

Dalam beberapa tahun terakhir, ekonomi dunia dihadapkan pada ketidakpastian global seperti konflik geopolitik, inflasi tinggi, serta perubahan iklim yang memengaruhi stabilitas keuangan. Namun, Purbaya menilai bahwa Indonesia masih memiliki daya tahan yang kuat berkat soliditas kebijakan dan tingkat kepercayaan masyarakat yang tinggi.

Ia menegaskan bahwa kepercayaan publik pada sistem keuangan harus dijaga seperti aset berharga. “Begitu kepercayaan hilang, sulit untuk mengembalikannya. Tapi kalau kepercayaan terjaga, krisis sebesar apa pun bisa kita lewati,” katanya dengan tegas.

Menurut survei internal LPS, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional masih berada di atas 80 persen — angka yang sangat baik dibanding banyak negara lain di kawasan. Capaian ini, menurut Purbaya, merupakan hasil kerja kolektif pemerintah, otoritas keuangan, dan industri perbankan.


LPS Siap Hadapi Era Tantangan Baru

Memasuki tahun 2025 dan seterusnya, Purbaya Yudhi Sadewa memastikan LPS terus memperkuat kapasitas dan strategi adaptif untuk menghadapi berbagai risiko baru. Tantangan seperti digital banking, risiko siber, dan disinformasi keuangan menjadi fokus pengawasan.

“LPS tidak boleh hanya reaktif. Kami harus proaktif melihat risiko ke depan,” ujarnya. Ia menambahkan, ke depan, LPS akan memperluas sistem pemantauan digital dan membangun pusat krisis yang lebih tanggap terhadap perubahan cepat di sektor keuangan.

Di tengah arus informasi yang deras, kepercayaan publik pada sistem keuangan menjadi benteng utama. Purbaya menegaskan bahwa lembaganya tidak hanya bertugas menjamin dana, tetapi juga menjaga harapan dan rasa aman masyarakat.


Menatap Masa Depan Keuangan Indonesia

Purbaya optimistis bahwa dengan kolaborasi yang kuat, inovasi berkelanjutan, serta kepercayaan masyarakat yang tinggi, sistem keuangan Indonesia akan semakin kokoh. Ia menilai, fondasi stabilitas sudah terbentuk dengan baik, tinggal dijaga agar tetap konsisten.

“Kita tidak bisa menghindari perubahan, tetapi kita bisa mengelolanya dengan baik. Dan selama kepercayaan publik tetap tinggi, ekonomi Indonesia akan terus tumbuh stabil,” tutup Purbaya Yudhi Sadewa dalam wawancaranya.


Kesimpulan

Artikel ini menggambarkan betapa pentingnya kepercayaan publik pada sistem keuangan dalam menjaga kestabilan ekonomi nasional. Melalui berbagai kebijakan, edukasi, dan kolaborasi antar lembaga, LPS di bawah kepemimpinan Purbaya Yudhi Sadewa terus memperkuat fondasi kepercayaan masyarakat.

Kepercayaan bukan sekadar rasa aman, tetapi modal utama untuk membangun masa depan ekonomi yang tangguh, inklusif, dan berkelanjutan bagi Indonesia.

Jangan lupa membaca artikel viral selanjutnya.

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *