Startup Gizi Lokal Bantu Lawan Stunting di Desa

banner 468x60

Indonesia, Juni 2025 — Di tengah keprihatinan nasional atas tingginya angka stunting di berbagai daerah pedesaan, muncul angin segar dari kalangan inovator muda. Sebuah startup lokal bernama NutraDesa menjadi viral berkat program inovatif berbasis pangan lokal yang terbukti membantu menurunkan risiko stunting secara signifikan.

Startup yang berdiri di Yogyakarta ini mengusung pendekatan baru dalam penanganan masalah gizi anak, dengan memanfaatkan potensi sumber daya pangan lokal, teknologi sederhana, dan pemberdayaan ibu-ibu desa.

banner 336x280

Apa Itu Stunting dan Mengapa Genting?

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis pada masa awal kehidupan anak (0–5 tahun). Dampaknya bukan hanya tinggi badan di bawah rata-rata, tapi juga keterlambatan perkembangan kognitif, penurunan produktivitas, hingga risiko penyakit kronis di masa dewasa.

Data BKKBN 2024 menunjukkan bahwa sekitar 21,6% anak di desa-desa Indonesia masih mengalami stunting, meskipun program nasional sudah berjalan.


Solusi Inovatif: Gizi Lokal, Akses Realistis

NutraDesa hadir dengan pendekatan berbeda. Alih-alih mengandalkan makanan fortifikasi impor yang mahal dan sulit dijangkau, mereka membuat produk gizi dari bahan lokal seperti:

  • Tepung daun kelor

  • Minyak kelapa murni

  • Biskuit tempe kacang hijau

  • Bubur instan dari ubi ungu dan pisang raja

Semua produk diformulasi oleh tim gizi dan difasilitasi oleh tenaga kesehatan setempat. Proses produksinya dilakukan di desa dengan melibatkan kelompok ibu PKK.

“Kami percaya desa punya potensi besar. Yang dibutuhkan adalah teknologi sederhana, pengetahuan, dan sistem distribusi yang efisien,” ujar Dr. Intan Pratiwi, co-founder NutraDesa.


Pemberdayaan Perempuan Desa sebagai Kunci

Uniknya, startup ini tak hanya menjual produk, tapi juga membuka dapur produksi lokal yang dikelola oleh ibu-ibu desa. Mereka dilatih membuat produk gizi dengan standar WHO dan menjualnya secara gotong royong lewat warung, posyandu, hingga aplikasi mobile sederhana berbasis SMS.

“Kami sekarang tahu berapa gizi di satu porsi makanan, dan bisa buat sendiri untuk anak-anak kami,” kata Bu Sri, kader gizi dari Kulon Progo.


Dampak Nyata di Lapangan

Selama 12 bulan pertama implementasi di 10 desa percontohan di DIY dan Jawa Tengah, hasilnya mencengangkan:

  • 34% penurunan kasus stunting anak usia 1–5 tahun

  • 72% peningkatan pengetahuan gizi keluarga

  • 2.000 ibu terlibat aktif dalam produksi dan edukasi gizi

  • Distribusi produk mencapai 45.000 unit ke posyandu desa


Viral dan Didukung Influencer Kesehatan

Program ini mendapat perhatian besar di media sosial setelah seorang bidan desa membagikan video edukatif penggunaan “bubur kelor tempe” untuk balita. Video tersebut viral di TikTok dan Instagram dengan total 1,8 juta views.

Sejumlah influencer kesehatan dan parenting juga turut mendukung, termasuk @DietaSehat.id dan @GiziMama2025.

“Ini bukan sekadar produk, ini gerakan sosial. Gizi lokal adalah masa depan,” kata dr. Liana Nasywa, pakar nutrisi dan promotor NutraDesa.


Kolaborasi dengan Pemerintah dan Kampus

NutraDesa tidak berjalan sendiri. Mereka bekerja sama dengan:

  • Dinas Kesehatan Kabupaten

  • Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk riset gizi dan teknologi pangan

  • Kementerian Desa untuk pengembangan BUMDes Gizi

“Model ini bisa direplikasi ke seluruh Indonesia. Kita butuh lebih banyak pendekatan kontekstual seperti ini,” kata Dirjen Kesehatan Masyarakat.


Fitur Digital yang Ramah Desa

Startup ini juga mengembangkan aplikasi ringan bernama “GiziKita”, yang bisa berjalan di ponsel murah dan area minim sinyal. Fiturnya antara lain:

  • Kalkulator gizi harian anak

  • Pengingat pemberian MPASI

  • Video tutorial masak gizi lokal

  • Laporan bulanan status gizi balita via SMS


Rencana Ekspansi Nasional 2025–2026

NutraDesa menargetkan ekspansi ke 100 desa baru di 8 provinsi pada akhir 2025, terutama wilayah dengan prevalensi stunting tertinggi seperti NTT, Papua Barat, dan Sulawesi Tenggara. Mereka membuka peluang franchise sosial bagi komunitas desa atau BUMDes yang ingin ikut memproduksi.


Penutup: Inovasi Berbasis Akar Rumput

Startup seperti NutraDesa membuktikan bahwa solusi besar bisa lahir dari desa. Dengan teknologi tepat guna, pemanfaatan bahan lokal, dan partisipasi warga, stunting bukan lagi kutukan yang tak bisa diatasi.

“Gizi bukan soal kaya atau miskin. Ini soal pengetahuan dan kemauan kolektif,” pungkas Dr. Intan.

Jangan lupa membaca artikel viral kesehatan lainya.

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *